Contoh Soal Analisis isi teks cerita pendek -Sebelumnya, sudah dibahas materi langkah-langkah menulis cerita pendek. Selanjutnya, kita akan membahas materi analisis isi teks cerita pendek. Untuk itu, kita harus mengetahui unsur-unsur yang membangun teks cerpen. Cerpen dibangun oleh dua hal: intrinsik dan ekstrinsik. Intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun teks dari dalam, misalnya tema, amanat, alur, sudut pandang, latar, penokohan, dan majas. Ekstrinsik adalah unsur-unsur yang membangun teks dari luar, misalnya latar belakang sosial pengarang dan psikologi pengarang.
Tentang:
Contoh Soal B.Indonesia
Unsur-unsur intrinsik:
- Tema: pokok permasalahan sebuah cerita.
- Amanat: pesan pengarang kepada pembaca.
- Alur: jalan cerita. Ada alur maju, mundur, dan campuran.
- Sudut pandang: posisi pengarang dalam cerita.
- Latar: waktu, tempat, dan suasana cerita.
- Penokohan: cara pengarang menggambarkan tokohnya.
- Majas: gaya bahasa yang bersifat konotatif.
- Tema: pokok permasalahan sebuah cerita.
- Amanat: pesan pengarang kepada pembaca.
- Alur: jalan cerita. Ada alur maju, mundur, dan campuran.
- Sudut pandang: posisi pengarang dalam cerita.
- Latar: waktu, tempat, dan suasana cerita.
- Penokohan: cara pengarang menggambarkan tokohnya.
- Majas: gaya bahasa yang bersifat konotatif.
Unsur-unsur ekstrinsik:
- Latar belakang sosial pengarang adalah kondisi masyarakat yang melatari pengarang.
- Psikologi pengarang adalah kondisi kejiwaan pengarang.
- Latar belakang sosial pengarang adalah kondisi masyarakat yang melatari pengarang.
- Psikologi pengarang adalah kondisi kejiwaan pengarang.
SOAL 1
Perhatikan teks cerita pendek berikut ini.
“Aku sudah puas dengan keadaan kita, Kakang.”
Sejenak terpaku ia terharu dan bangga bahwa istrinya mau menerimanya dengan segala kekurangan wajahnya yang jauh dari menarik, kaki yang pincang, tiga jari tangan kiri yang putus, dan kemiskinannya yang sempurna!
“Aku sudah puas dengan keadaan kita, Kakang.”
Sejenak terpaku ia terharu dan bangga bahwa istrinya mau menerimanya dengan segala kekurangan wajahnya yang jauh dari menarik, kaki yang pincang, tiga jari tangan kiri yang putus, dan kemiskinannya yang sempurna!
(Dikutip dari cerpen “Gangsir” karya Toto Dartoyo)
Tokoh istri digambarkan pengarang sebagai tokoh yang .…
SOAL 2
Perhatikan teks cerpen berikut!
“Aku melihatnya duluan, Kang, jadi aku yang berhak,” kata si Perempuan sambil menyambar benda yang dipegang si Lelaki. Si Lelaki berkelit.
“Aku yang mengambil, jadi ini milikku!”
“Nggak gitu Kang, mesti kita bagi dua,”
“Nggak!” tandasnya.
Si Perempuan diam. Otaknya berpikir keras mencari cara agar uang itu bisa ia dapatkan. Paling tidak si Lelaki harus mau membagi dua dengannya. Ia tidak mau kehilangan kesempatan untuk memiliki uang yang dalam hidupnya luar biasa banyak.
(Dikutip dari cerpen “Uang” karya Toto Dartoyo)“Aku melihatnya duluan, Kang, jadi aku yang berhak,” kata si Perempuan sambil menyambar benda yang dipegang si Lelaki. Si Lelaki berkelit.
“Aku yang mengambil, jadi ini milikku!”
“Nggak gitu Kang, mesti kita bagi dua,”
“Nggak!” tandasnya.
Si Perempuan diam. Otaknya berpikir keras mencari cara agar uang itu bisa ia dapatkan. Paling tidak si Lelaki harus mau membagi dua dengannya. Ia tidak mau kehilangan kesempatan untuk memiliki uang yang dalam hidupnya luar biasa banyak.
Konflik yang terjadi dalam kutipan teks cerpen di atas .…
SOAL 3
Perhatikan teks cerpen berikut ini.
Bukan main terkejutnya si tukang becak. Tak disangka wanita tetangga kampungnya ini hendak membuatnya meregang nyawa. Ia tahu bahwa di televisi banyak orang mati gara-gara diteriaki maling. Padahal, yang diteriaki belum tentu bersalah. Membayangkannya saja sudah ngeri, apalagi harus mengalaminya langsung. Baginya mati dengan cara-cara logislah yang dapat diterima akal sehatnya. Bukan dengan cara-cara liar seperti itu.
Bukan main terkejutnya si tukang becak. Tak disangka wanita tetangga kampungnya ini hendak membuatnya meregang nyawa. Ia tahu bahwa di televisi banyak orang mati gara-gara diteriaki maling. Padahal, yang diteriaki belum tentu bersalah. Membayangkannya saja sudah ngeri, apalagi harus mengalaminya langsung. Baginya mati dengan cara-cara logislah yang dapat diterima akal sehatnya. Bukan dengan cara-cara liar seperti itu.
(Dikutip dari cerpen “Uang” karya Toto Dartoyo)
Teknik pelukisan tokoh yang digunakan pengarang adalah .…
SOAL 4
Perhatikan kutipan teks cerpen berikut!
“Kamu tahu nggak? Semua itu dilakukan agar tingkah laku busuknya nggak ketahuan orang.”
“Akal bulus,” timpal si Perempuan.
“Mereka ingin agar dirinya disebut dermawan.”
“Padahal bangsat!”
“Ooo, rajanya bangsat! Lha wong yang dicuri uang rakyat.”
“Kamu tahu nggak? Semua itu dilakukan agar tingkah laku busuknya nggak ketahuan orang.”
“Akal bulus,” timpal si Perempuan.
“Mereka ingin agar dirinya disebut dermawan.”
“Padahal bangsat!”
“Ooo, rajanya bangsat! Lha wong yang dicuri uang rakyat.”
(Dikutip dari cerpen “Uang” karya Toto Dartoyo)
Tokoh ia dalam percakapan tersebut tidak dilukiskan sebagai ….
SOAL 5
Perhatikan kutipan teks cerpen berikut!
Sekali hari aku datang pula mengupah Kakek. Biasanya Kakek gembira menerimaku, karena aku suka memberinya uang. Tapi sekali ini Kakek begitu muram. Di sudut benar ia duduk dengan lututnya menegak menopang tangan dan dagunya. Pandangannya sayu ke depan, seolah-olah ada sesuatu yang yang mengamuk pikirannya. Sebuah belek susu yang berisi minyak kelapa, sebuah asahan halus, kulit sol panjang, dan pisau cukur tua berserakan di sekitar kaki Kakek. Tidak pernah aku melihat Kakek begitu durja dan belum pernah salamku tak disahutinya seperti saat itu. Kemudian aku duduk disampingnya dan aku jamah pisau itu.
(Dikutip dari cerpen “Robohnya Surau Kami” karya A.A. Navis)
Sekali hari aku datang pula mengupah Kakek. Biasanya Kakek gembira menerimaku, karena aku suka memberinya uang. Tapi sekali ini Kakek begitu muram. Di sudut benar ia duduk dengan lututnya menegak menopang tangan dan dagunya. Pandangannya sayu ke depan, seolah-olah ada sesuatu yang yang mengamuk pikirannya. Sebuah belek susu yang berisi minyak kelapa, sebuah asahan halus, kulit sol panjang, dan pisau cukur tua berserakan di sekitar kaki Kakek. Tidak pernah aku melihat Kakek begitu durja dan belum pernah salamku tak disahutinya seperti saat itu. Kemudian aku duduk disampingnya dan aku jamah pisau itu.
(Dikutip dari cerpen “Robohnya Surau Kami” karya A.A. Navis)
Sudut pandang yang digunakan pengarang dalam kutipan cerpen di atas adalah ….
SOAL 6
Perhatikan kutipan teks cerpen berikut!
Kalau dilihat dari ilmu pengetahuan, entah apa, mungkin pula sosiologi, dia masuk dalam kawasan panah naik. Hampir semua neneknya hidup dari mengangkut orang lain dari satu tempat ke tempat lain. Ada leluhurnya yang menjadi kusir, lalu keturunannya menjadi masinis, dan setelah darah nenek moyang mengalir kepada dia, dia menjadi pilot.
Kalau dilihat dari ilmu pengetahuan, entah apa, mungkin pula sosiologi, dia masuk dalam kawasan panah naik. Hampir semua neneknya hidup dari mengangkut orang lain dari satu tempat ke tempat lain. Ada leluhurnya yang menjadi kusir, lalu keturunannya menjadi masinis, dan setelah darah nenek moyang mengalir kepada dia, dia menjadi pilot.
(Dikutip dari cerpen “Kisah Pilot Bejo” karya Budi Darma)
Unsur intrinsik yang menonjol dari kutipan teks cerpen di atas adalah .…
SOAL 7
Perhatikan kutipan teks cerpen berikut!
Jamal membetulkan sarungnya. Keluar kamar, mengambil senter di meja panjang, membuka pintu belakang, dan menghilang di kegelapan malam. Meninggalkan Imah, istrinya, yang menggigil di kamar sempit pengap. Menjemput Mus. Hanya itu yang bisa dilakukan Jamal jika penyakit Imah kambuh.
Mus membuka pintu. Dia telah hafal siapa yang mengetuk pintu dini hari begini, dua tiga jam sebelum beduk subuh ditabuh. Seperti biasa, dua orang itu bergegas menuju rumah Jamal, lima ratus meter dari rumah Mus, melintasi pematang yang memisahkan rumah mereka.
Jamal membetulkan sarungnya. Keluar kamar, mengambil senter di meja panjang, membuka pintu belakang, dan menghilang di kegelapan malam. Meninggalkan Imah, istrinya, yang menggigil di kamar sempit pengap. Menjemput Mus. Hanya itu yang bisa dilakukan Jamal jika penyakit Imah kambuh.
Mus membuka pintu. Dia telah hafal siapa yang mengetuk pintu dini hari begini, dua tiga jam sebelum beduk subuh ditabuh. Seperti biasa, dua orang itu bergegas menuju rumah Jamal, lima ratus meter dari rumah Mus, melintasi pematang yang memisahkan rumah mereka.
(Dikutip dari cerpen “Ketika Mereka Pulang” karya Susialine Adilia)
Tema kutipan cerpen di atas adalah .…
SOAL 8
Perhatikan teks berikut ini.
Para tetangga sering berkata, enaknya menjadi orang tua seperti dirinya, punya banyak anak dan sudah jadi orang semua. Tinggal duduk menunggu kiriman. Imah hanya akan menjawab dengan kata: amin. Mungkin memang begitu mestinya, batin Imah. Tetapi sebentar kemudian pikiran itu diusir pergi. Agamanya mengajarkan bahwa orang tua harus tanpa pamrih mendidik anak-anaknya. Kewajiban itu harus dijalankan semata-mata untuk mencari ridla-Nya karena anak-anak adalah titipan-Nya.
Para tetangga sering berkata, enaknya menjadi orang tua seperti dirinya, punya banyak anak dan sudah jadi orang semua. Tinggal duduk menunggu kiriman. Imah hanya akan menjawab dengan kata: amin. Mungkin memang begitu mestinya, batin Imah. Tetapi sebentar kemudian pikiran itu diusir pergi. Agamanya mengajarkan bahwa orang tua harus tanpa pamrih mendidik anak-anaknya. Kewajiban itu harus dijalankan semata-mata untuk mencari ridla-Nya karena anak-anak adalah titipan-Nya.
(Dikutip dari cerpen “Ketika Mereka Pulang” karya Susialine Adilia)
Nilai yang menonjol dari kutipan di atas adalah .…
SOAL 9
Perhatikan kutipan teks cerpen berikut!
Tiba-tiba, aku merasa bersalah. Ayah sendirian di kala sakit. Seharusnya, aku dan Yu Ning berada di sisinya pada saat ini. Aku seperti anak durhaka, dan aku menangis keras. Haryo terbangun, “Kita bukan si Malin Kundang, Ayah pasti tahu kalau kau dan Yu Ning, sebaik-baiknya anak, maka pulanglah dan rawatlah beliau, sekalipun kau sering bilang, Ayah, kalau sakit, cerewetnya luar biasa.”
Sekarang sudah hampir subuh, besok malam aku harus ketemu Ayah. Ketika aku sudah berdiri di depan tempat tidurnya, Ayah berbisik, “Nana, aku senang kau bisa pulang.”
Beliau kelihatannya senang, padahal aku pulang tidak dengan Yu Ning (anak kesayangannya). Aku merasakan keganjilan itu. Aku menelepon, Yu Ning!
Besoknya, kami sudah berdiri di muka Ayah. Beliau membuka matanya pelan-pelan, “Kamu datang berdua? Aku suka kalian berdua bisa datang bersama selalu.”
Ayah, tersenyum.
Tiga hari setelah itu, Ayah meninggalkan kami berdua!
Tiba-tiba, aku merasa bersalah. Ayah sendirian di kala sakit. Seharusnya, aku dan Yu Ning berada di sisinya pada saat ini. Aku seperti anak durhaka, dan aku menangis keras. Haryo terbangun, “Kita bukan si Malin Kundang, Ayah pasti tahu kalau kau dan Yu Ning, sebaik-baiknya anak, maka pulanglah dan rawatlah beliau, sekalipun kau sering bilang, Ayah, kalau sakit, cerewetnya luar biasa.”
Sekarang sudah hampir subuh, besok malam aku harus ketemu Ayah. Ketika aku sudah berdiri di depan tempat tidurnya, Ayah berbisik, “Nana, aku senang kau bisa pulang.”
Beliau kelihatannya senang, padahal aku pulang tidak dengan Yu Ning (anak kesayangannya). Aku merasakan keganjilan itu. Aku menelepon, Yu Ning!
Besoknya, kami sudah berdiri di muka Ayah. Beliau membuka matanya pelan-pelan, “Kamu datang berdua? Aku suka kalian berdua bisa datang bersama selalu.”
Ayah, tersenyum.
Tiga hari setelah itu, Ayah meninggalkan kami berdua!
(Dikutip dari cerpen “Ayah Pulang” karya Ratna Indraswari Ibrahim)
Pesan moral yang menonjol dalam kutipan teks cerpen di atas adalah .…
SOAL 10
Perhatikan kutipan teks cerpen berikut!
Ketika kaum kerabat, handai tolan, kenalan, dan tetangga satu per satu meninggalkan rumah duka, tahulah Sumarti bahwa ia akan sendirian. Sumarti akan menjalani sisa hidupnya seorang diri. Ditemani pembantu rumah tangga, tukang kebun, dan penjaga malam. Itu pun sepanjang Sumarti mampu membayar mereka setiap bulan.
Ketika kaum kerabat, handai tolan, kenalan, dan tetangga satu per satu meninggalkan rumah duka, tahulah Sumarti bahwa ia akan sendirian. Sumarti akan menjalani sisa hidupnya seorang diri. Ditemani pembantu rumah tangga, tukang kebun, dan penjaga malam. Itu pun sepanjang Sumarti mampu membayar mereka setiap bulan.
(Dikutip dari cerpen “Kursi Empuk di Dada Sumarti” karya Pamusuk Eneste)
Latar suasana dalam kutipan teks cerpen di atas adalah .…
Jawabannya mana
BalasHapusJawabannya
BalasHapusJawabanya mana???
BalasHapusJawabannya mana?!!
BalasHapusJawabannya mna
BalasHapus