a. Pengertian sikap
Sikap pada dasarnya adalah merupakan bagian dari tingkah laku manusia, sebagai gejala atau kepribadian yang memancar keluar. Namun karena sikap ini merupakan sesuatu yang paling menonjol dan sangat dibutuhkan dalam pergaulan, maka diperolehnya informasi mengenai sikap seseorang adalah penting sekali. Sikap dapat memberikan arah kepada tingkah atau perbuatan seseorang tersebut untuk menyenangi dan menyukai sesuatu atau sebaliknya.Menurut Sudjana dan Ibrahim (1989:107) “sikap pada hakekatnya adalah kecenderungan perilaku pada seseorang. Sikap juga dapat diartikan reaksi seseorang terhadap suatu stimulus yang datang pada dirinya”.
Petty Cocopio dalam Azwar S. (2000 : 6) ”Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, obyek atau isue”. Selanjutnya menurut Heri Purwanto (1998:62) ”sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap objek. Sikap dapat diterjemahkan sebagai sikap kesediaan beraksi terhadap suatu objek”.
Struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu (Azwar S 2000 : 23):
1. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial.
2. Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional.
3. Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak / bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu.
Dari definisi-definisi yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu bentuk evaluasi perasaan dan kecenderungan potensial untuk bereaksi yang merupakan hasil interaksi antara komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling bereaksi didalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek.
b. Ciri-ciri Sikap
Ciri-ciri sikap adalah menurut Gerungan (2004:163):1. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan itu dalam hubungan dengan obyeknya.
2. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.
3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.
4. Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.
5. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.
c. Pengertian Sikap Sosial
Sikap berarti kecenderungan yang bersifat tetap yang ada pada diri seseorang atau individu untuk bereaksi secara positif atau negatif terhadap kejadian yang berasal dari lingkungan. Sikap ini cenderung bersifat pro atau kontra terhadap suatu objek berdasarkan penilaian atau perasaan emosional. Maka dari itu perkembangan sosial anak perlu diperhatikan agar anak memiliki mentalitas yang tangguh dalam menyikapi kehidupan sosialnya, karena sikap sosial cenderung dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya dan nilai-nilai sosial. Karena sikap sosial cenderung berdasarkan pengalaman maka proses pendidikan yang diterima cenderung mempengaruhi pada setiap tahap proses perkembangan sosialnya, sehingga tumbuh rasa sosial yang menjadi dasar interaksinya di masyarakat.Menurut Kartini Kartono (1994:297) “sikap sosial merupakan organisasi dari unsur-unsur kognitif, emosional dan momen-momen kemauan, yang khusus dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman masa lampau, sehingga sifatnya sangat dinamis dan memberikan pengarahan pada setiap tingkah laku”.
Selanjutnya menurut R. Soetarno (1993:41) “sikap sosial adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak terhadap suatu objek sosial, yang biasanya diarahkan kesuatu objek seperti benda, orang, peristiwa, pemandangan, lembaga, norma-norma dan lain-lain”.
Menurut Gordon Allport dalam Azwar (1995:5) “sikap adalah suatu pola prilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan”.
Menurut Mar’at (1984:9) “sikap merupakan produk dari proses sosialisasi dimana seseorang bersosialisasi sesuai dengan rangsangan yang diterimanya. Jika sikap mengarah pada obyek tertentu, berarti bahwa penyesuaian diri terhadap obyek tersebut dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan kesediaan untuk bereaksi dari orang tersebut terhadap obyek”.
Sikap sosial menurut W.A Gerungan (2004:161):
Sikap attitude (sikap sosial) dinyatakan oleh cara-cara kegiatan yang sama dan berulang-ulang terhadap obyek sosial dan menyebabkan terjadinya cara-cara tingkah laku yang dinyatakan berulang-ulang terhadap obyek sosial, dan biasanya attitude sosial itu di nyatakan tidak hanya oleh seorang saja, melainkan juga oleh orang-orang lainnya sekelompok atau masyarakat.Selanjutnya, Abu Ahmadi (2007:149) mengemukakan bahwa “sikap sosial adalah kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang nyata, yang berulang-ulang terhadap objek sosial”. Sikap sosial dinyatakan tidak oleh seorang saja tetapi diperhatikan oleh orang-orang sekelompoknya. Objeknya adalah objek sosial (objeknya banyak orang dalam kelompok) dan dinyatakan berulang-ulang. Misalnya, sikap masyarakat terhadap bendera kebangsaan. Mereka selalu menghormatinya dengan cara khidmat dan berulang-ulang pada hari-hari nasional di negara-negara tersebut. Contoh lainnya, sikap berkabung seluruh anggota kelompok karena meninggalnya seorang pahlawannya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sikap sosial adalah suatu pandangan yang bersifat afektif baik positif maupun negatif dari seseorang terhadap suatu objek sosial, baik berupa benda, orang, peristiwa, pemandangan, lembaga, norma-norma dan lain-lain, yang bersumber dan dipengaruhi oleh nilai-nilai sosial budaya, unsur-unsur kognitif, emosional dan keadaan masa lampau. Sikap cenderung hasil dari hasil pembelajaran, pendidikan atau pengalaman masa lalu yang diterimanya. Sikap cenderung dinamis dan berubah sesuai dengan kondisi yang dialami individu.
d. Bentuk-bentuk Sikap Sosial
Dalam pergaulan sehari-hari, tidak pernah terlepas dari apa yang dinamakan beraktivitas, dari kenyataan inilah setiap orang bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan perkembangan masing-masing individu tersebut. Dengan demikian, setiap orang harus mampu berinteraksi dan memiliki kepedulian terhadap orang lain. Adapun bentuk-bentuk sikap sosial dapat dibedakan menjadi dua yaitu sikap sosial positif dan sikap sosial negatif.1. Sikap Positif
Dalam buku Interaksi Sosial dijelaskan bahwa: “Bentuk sikap sosial yang positf seseorang yaitu berupa tenggang rasa, kerjasama, dan solidaritas” (Nawawi, 2000: 33). Selanjutnya dalam buku Metodologi Ilmu Pengetahuan Sosial dijelaskan bahwa: “ Sikap sosial dapat dilihat dari adanya kerjasama, sikap tenggang rasa, dan solidaritas” (Soetjipto dan Sjafioedin, 1994 : 44).Dari kedua pendapat tersebut diatas, maka tidak ada perbedaan yang mendasar dimana yang termasuk dalam bentuk sikap sosial adalah aspek kerjasama, aspek solidaritas, dan aspek tenggang rasa. Berikut ini akan dijelaskan secara singkat dari masing-masing bentuk-bentuk sikap sosial tersebut.
a. Aspek Kerjasama
Kerjasama merupakan suatu hubungan saling bantu membantu dari orang-orang atau kelompok orang dalam mencapai suatu tujuan. Dalam buku Psikologi Sosial dijelaskan bahwa: “ Kerjasama adalah kecenderungan untuk bertindak dalam kegiatan kerja bersama-sama menuju suatu tujuan” (Ahmadi, 2000 : 89). Dengan demikian sikap kerjasama adalah merupakan suatu kecenderungan untuk bertindak dalam kegiatan kerjasama untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Selanjutnya dalam buku Pedoman Umum Budi Pekerti dijelaskan bahwa: “Ciri-ciri orang yang mampu bekerjasama dengan orang lain adalah berperan dalam berbagi kegiatan gotong royong tidak membiarkan teman atau keluarga mengalami suatu masalah secara sendiri dan bersikap mengutamakan hidup bersama berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah” (Depdikbud, 2001 : 28).
b. Aspek Solidaritas
Solidaritas mempunyai arti adanya kecenderungan seseorang dalam melihat ataupun memperhatikan keadaan orang lain. Menurut Gerungan dalam bukunya Psikologi Sosial dijelaskan bahwa: “Solidaritas dapat diartikan sebagi kecenderungan dalam bertindak terhadap seseorang yang mengalami suatu masalah yakni berupa memperhatikan keadaan orang tersebut” (Gerungan, 1996 : 52). Dengan demikian solidaritas merupakan salah satu bentuk sikap sosial yang dapat dilakukan seseorang dalam melihat ataupun memperhatikan orang lain terutama seseorang yang mengalami suatu masalah.
c. Aspek Tenggang Rasa
Dalam buku Psikologi Sosial dijelaskan bahwa: “Tenggang rasa adalah seseorang yang selalu menjaga perasaan orang lain dalam aktifitasnya sehari-hari” (Ahmadi, 2000 : 34). Selanjutnya dalam buku Pedoman Pedoman Umum Budi Pekerti dijelaskan bahwa: “Sikap tenggang rasa dapat dilihat dari adanya saling menghargai satu sama lain, menghindari sikap masa bodoh, tidak menggangu orang lain, selalu menjaga perasaan orang lain, dalam bertutur kata tidak menyinggung perasaan orang lain, selalu menjaga perasaan orang lain dalam pergaulan dan sebagainya” (Depdikbud, 2001 : 29). Dengan demikian dari pendapat ahli jelaslah bahwa tenggang rasa adalah perwujudan sikap dan prilaku seseorang dalam menjaga, menghargai dan menghormati orang lain.
a. Egoisme yaitu suatu bentuk sikap dimana seseorang merasa dirinya adalah yang paling unggul atas segalanya dan tidak ada orang atau benda apapun yang mampu menjadi pesaingnya.
b. Prasangka sosial adalah suatu sikap negatif yang diperlihatkan oleh individu atau kelompok terhadap individu lain atau kelompok lain.
c. Rasisme, yaitu suatu sikap yang didasarkan pada kepercayaan bahwa suatu ciri yang dapat diamati dan dianggap diwarisi seperti warna kulit merupakan suatu tanda perihal inferioritas yang membenarkan perlakuan diskriminasi terhadap orang-orang yang mempunyai ciri-ciri tersebut.
d. Rasialisme, yaitu suatu penerapan sikap diskriminasi terhadap kelompok ras lain. Misalnya diskriminasi ras yang pernah terjadi di Afrika Selatan.
e. Stereotip, yaitu citra kaku mengenai suatu ras atau budaya yang dianut tanpa memerhatikan kebenaran citra tersebut. Misalnya stereotip masyarakat Jawa adalah lemah lembut dan lamban dalam melakukan sesuatu. Stereotip tersebut tidak selalu benar, karena tidak semua orang Jawa memiliki sifat tersebut. (Ahmadi, 2007: 94).
a. Aspek Kerjasama
Kerjasama merupakan suatu hubungan saling bantu membantu dari orang-orang atau kelompok orang dalam mencapai suatu tujuan. Dalam buku Psikologi Sosial dijelaskan bahwa: “ Kerjasama adalah kecenderungan untuk bertindak dalam kegiatan kerja bersama-sama menuju suatu tujuan” (Ahmadi, 2000 : 89). Dengan demikian sikap kerjasama adalah merupakan suatu kecenderungan untuk bertindak dalam kegiatan kerjasama untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Selanjutnya dalam buku Pedoman Umum Budi Pekerti dijelaskan bahwa: “Ciri-ciri orang yang mampu bekerjasama dengan orang lain adalah berperan dalam berbagi kegiatan gotong royong tidak membiarkan teman atau keluarga mengalami suatu masalah secara sendiri dan bersikap mengutamakan hidup bersama berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah” (Depdikbud, 2001 : 28).
b. Aspek Solidaritas
Solidaritas mempunyai arti adanya kecenderungan seseorang dalam melihat ataupun memperhatikan keadaan orang lain. Menurut Gerungan dalam bukunya Psikologi Sosial dijelaskan bahwa: “Solidaritas dapat diartikan sebagi kecenderungan dalam bertindak terhadap seseorang yang mengalami suatu masalah yakni berupa memperhatikan keadaan orang tersebut” (Gerungan, 1996 : 52). Dengan demikian solidaritas merupakan salah satu bentuk sikap sosial yang dapat dilakukan seseorang dalam melihat ataupun memperhatikan orang lain terutama seseorang yang mengalami suatu masalah.
c. Aspek Tenggang Rasa
Dalam buku Psikologi Sosial dijelaskan bahwa: “Tenggang rasa adalah seseorang yang selalu menjaga perasaan orang lain dalam aktifitasnya sehari-hari” (Ahmadi, 2000 : 34). Selanjutnya dalam buku Pedoman Pedoman Umum Budi Pekerti dijelaskan bahwa: “Sikap tenggang rasa dapat dilihat dari adanya saling menghargai satu sama lain, menghindari sikap masa bodoh, tidak menggangu orang lain, selalu menjaga perasaan orang lain, dalam bertutur kata tidak menyinggung perasaan orang lain, selalu menjaga perasaan orang lain dalam pergaulan dan sebagainya” (Depdikbud, 2001 : 29). Dengan demikian dari pendapat ahli jelaslah bahwa tenggang rasa adalah perwujudan sikap dan prilaku seseorang dalam menjaga, menghargai dan menghormati orang lain.
2. Sikap Negatif
Bentuk-bentuk sikap sosial seseorang yang negatif antara lain :a. Egoisme yaitu suatu bentuk sikap dimana seseorang merasa dirinya adalah yang paling unggul atas segalanya dan tidak ada orang atau benda apapun yang mampu menjadi pesaingnya.
b. Prasangka sosial adalah suatu sikap negatif yang diperlihatkan oleh individu atau kelompok terhadap individu lain atau kelompok lain.
c. Rasisme, yaitu suatu sikap yang didasarkan pada kepercayaan bahwa suatu ciri yang dapat diamati dan dianggap diwarisi seperti warna kulit merupakan suatu tanda perihal inferioritas yang membenarkan perlakuan diskriminasi terhadap orang-orang yang mempunyai ciri-ciri tersebut.
d. Rasialisme, yaitu suatu penerapan sikap diskriminasi terhadap kelompok ras lain. Misalnya diskriminasi ras yang pernah terjadi di Afrika Selatan.
e. Stereotip, yaitu citra kaku mengenai suatu ras atau budaya yang dianut tanpa memerhatikan kebenaran citra tersebut. Misalnya stereotip masyarakat Jawa adalah lemah lembut dan lamban dalam melakukan sesuatu. Stereotip tersebut tidak selalu benar, karena tidak semua orang Jawa memiliki sifat tersebut. (Ahmadi, 2007: 94).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar